Sebagian besar dari penduduk Indonesia, belum mengenal kerugian yang
ditimbulkan oleh serangga jenis rayap yang merupakan serangga perusak kayu yang
sangat dominan termasuk dalam ordo Isoptera. Di Indonesia saja tercatat kerugian
akibat serangan rayap perusak bisa mencapai 224 sampai dengan 228 milyard pertahun.
Untuk ukuran dunia dipastikan akan mencapai kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu masyarakat Indonesia perlu disadarkan melalui bahayanya serangan rayap atas investasi bangunan tersebut. Banyak rumah-rumah terpaksa harus direnovasi kuda-kuda bangunannya, yang baru dihuni tidak lebih dari sepuluh tahun, dan terpaksa meminjam uang ke Bank untuk menghindari rumah tinggalnya roboh akibat serangan serangga rayap. Memang dari segi lain, serangga rayap sangat bernilai positif terhadap sumbangan ekosistem bumi, karena mereka memainkan aturan dalam mendaur ulang kayu dan bahan tanaman.
Rayap membuat sarang-sarang didalam tanah sehingga tanah menjadi gembur
atau subur untuk pertumbuhan tanaman. Namun demikian rayap baru akan bermasalah apabila memakan struktur kayu dalam bangunan. Rayap pada saat ini tidak hanya populer menyerang kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan rumah tinggal sederhana, tetapi telah merambah menyerang gedung-gedung bertingkat tinggi yang dari segi konstruksi hampir-hampir aneh terserang rayap, karena dilengkapi dengan basement dengan lantai slob beton bertulang dan sangat minimal menggunakan kayu
Pada bangunan bertingkat tinggi itu rayap menyerang komponen-komponen
kayu sebagai bagian dari ornamen bangunan atau pelengkap isi bangunan seperti
furniture, kitchen set dan lain-lain. Bahkan dapat kita temukan beberapa kasus serangga rayap menghabiskan dokumen perkantoran yang sangat penting digedung bertingkat tersebut, juga menghancurkan wallpaper, merusak parquite dan bahan bangunan baru lainnya, seperti : gipsum.
Ketika istana diduduki rayap
Manusia sudah sangat mengenal serangga rayap sejak lama. Bahkan ada yang mengetahui kira-kira lebih dari 100 juta tahun yang lalu. Bahkan menurut para
entomologi dan ahli purbakala rayap sudah ada di bumi sejak 200 juta tahun yang lalu.
Serangga tersebut telah diciptakan diplanet bumi ini dibagi dalam beberapa famili yang kemudian dibagi lagi menjadi kelas-kelas. Salah satunya adalah kelas Insecta (kelas serangga). Kelas insecta dibagi dalam lebih dari 30 ordo dimana 2 diantaranya merupakan serangga perusak kayu yang sangat dominan yaitu coleoptera (kumbang) dan Isoptera atau rayap.
Diungkapkan lebih lanjut dari seluruh jenis rayap yang sudah dikenal yaitu kurang lebih sekitar 2000 jenis, yang terbagi dalam 2 famili, 15 sub famili dan 200 jenis tidak semuanya bertindak sebagai hama perusak. Yang merupakan perusak hanya sekitar 100 jenis, yang masuk dalam kategori jenis rayap perusak ganas ada 47 jenis yaitu 6 jenis dari famili Kalotermitidae (rayap kayu kering); dan famili Rhinotermitidae (rayap kayu basah) ada 25 jenis ; 1 jenis dari famili Mastotermitidae dan 15 jenis dari famili
Termitidae /rayap tanah.
Secara garis besar rayap dibagi dalam 3 kelompok menurut tempat hidupnya
yaitu :
1. Rayap tanah (subteranean termite) ;
2. Rayap kayu basah (damp wood termite), dan
3. Rayap kayu kering (dry wood termite).
Di Indonesia beberapa jenis rayap tanah yang paling berbahaya adalah dari
kelompok genus coptotermes. Rayap tanah coptotermes merupakan jenis yang paling sukses hidup dilingkungan perkotaan. Serangga ini dapat membentuk koloni dalam jumlah yang besar dan memiliki wilayah jelajah yang tinggi. Tidak mengherankan apabila dibandingkan dengan jenis rayap lainnya, rayap coptotermes lebih berbahaya menyerang bangunan gedung. Bahkan sarangnya tidak terbatas pada tipe bangunan sederhana tetapi juga mampu menyerang obyek-obyek serangan yang tinggi pada bangunan-bangunan bertingkat jauh diatas permukaan tanah.
Sifat-sifat rayap yang utama meliputi :
1. Sifat trofalaksis yaitu sifat saling memberi makan
2. Sifat crylobiotik yaitu sifat untuk selalu menjauhi cahaya
3. Sifat grooming yaitu sifat yang selalu senang berkumpul
4. Sifat necrofasic yaitu sifat yang selalu memakan anggota koloni yang sakit atau
mati.
Siklus Hidup Rayap
Siklus hidup rayap dimulai dari stadium telur, telur akan menetas menjadi
nimfa setelah kurang lebih 5 hari, kemudian nimfa dapat berkembang menjadi kasta
reproduktif, pekerja, prajurit. Kasta reproduktif yang memiliki sayap disebut laron. Laron akan keluar dari sarang pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Sepasang laron akan jatuh dan melepaskan sayapnya dan mencari tempat untuk membentuk koloni baru. Secara bertahap perut laron betina akan membesar sehingga berukuran lebih besar dari kepalanya. Laron betina tersebut kemudian bertugas sebagai ratu dan sepanjang hidupnya hanya bertelur.
Rayap Menyerang Bangunan
Dalam mengembangkan hidupnya sebagai organisme pemakan solulosa, rayap
merupakan polimer organik utama yang terdekomposit dalam beraneka ragam bahan organik, khususnya kayu. Peran tradisional rayap tersebut dikabarkan oleh Tuhan dalam salah satu kitab suci“Maka tatkala kemuliaan Salomon (Sulaeman) telah ditetapkan,tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya kecuali “rayap” yang memakan tongkatnya ....................”.( Tabloid Pest Control 2006 )
Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan masih dominan digunakan pada bangunan
perumahan di daerah-daerah pedesaan maupun perkotaan, namun kecenderungan pada bangunan perumahan diperkotaan penggunaan bahan kayu dengan bahan lain, seperti rangka baja dari baja ringan untuk struktur atap, aluminium dari plastik untuk kusen dan lain-lain mulai banyak digunakan. Bahkan pada bangunan bertingkat tinggi penggunaan bahan kayu sebagai bagian konstruksi bangunan hampir-hampir telah tergantikan.
Namun demikian harus diingat bahwa penggunaan bahan baku tersebut akan menghilangkan serangga rayap pada bahan tersebut namun tidak sepenuhnya akan membebaskan serangga rayap pada bangunan yang menggunakan bahan-bahan tersebut.
Rayap Menyerang Bangunan Menara Tinggi, Pusat Perbelanjaan, Hotel, Apartemen, Gedung Perkantoran . Serangan rayap tidak hanya pada rumah-rumah bangunan sederhana dengan tipe konstruksi bangunan yang memungkinkan rayap mendapatkan jalan untuk memperoleh sumber makanannya pada bangunan yang diserangnya. Pada akhir-akhir ini sering ditemukan serangan rayap pada gedung bertingkat, gedung menara pencakar langit, pusat-pusat perbelanjaan, bahkan digedung pusat pemerintahan yakni Istana Presiden Republik Indonesia.
Perihal Istana Presiden RI yang diserang rayap, tentunya banyak instansi yang kecolongan, karena serangan rayap. Sebut saja Departemen Pekerjaan Umum yang bertanggung jawab keselamatan dan perawatan gedung, juga kantor Menteri Sekretariat Negara, yang mengelola gedung-gedung Sekneg termasuk Istana Presiden, termasuk juga para Entomolog yang tidak memberikan peringatan dini keberadaan Gedung Istana Presiden RI terhadap serangan rayap, termasuk rumah
tangga kepresidenan.
Mungkin masih banyak lagi yang harus ikut bertanggung jawab tentang perawatan dan pemeliharaan gedung-gedung milik pemerintah, termasuk
Gedung Istana Presiden RI tersebut.
DR. Dodi Nandika (Survey laboratorium Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB 1988) mengatakan “ Penelitian kami, untuk luas wilayah 295 meter persegi saja, populasi rayap di Jakarta bisa mencapai 1,7 juta ekor. Sedang jarak jelajah maksimal mereka 118 meter. Perkiraan kerugian akibat rayap hanya untuk bangunan rumah tinggal mencapai Rp. 1,6 triliun. Jadi kira-kira berapa juta musuh yang hingga kini masih bermarkas diatas ruang kerja Presiden R.I ”.
Kecendrungan serangan rayap di DKI Jakarta, dijelaskan oleh Ir. Yonathan Pasodung. M.T, kepala kantor Tata Bangunan dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta,semakin tinggi, tidak saja pada bangunan gedung yang berfungsi sebagai hunian tetapi juga pada bangunan-bangunan gedung bertingkat untuk fungsi usaha seperti gedung perkantoran, apartment, hotel, dan pusat-pusat perbelanjaan.
Laporan terakhir mengenai kasus-kasus serangan rayap yang ditemukan pada bangunan gedung yang diserang rayap tanah adalah Gedung Bina Graha Jakarta,
Museum Gajah, Purna Bhakti Pertiwi, Gereja Imannuel, Masjid Manggala Wana Bakti, beberapa bangunan gedung sekolah, dan lebih dari 10 apartment bertingkat di daerah Simprug, Rasuna Said, Semanggi, Menteng, Kelapa Gading, dan lain-lain serta beberapa gedung perkantoran bertingkat milik swasta dan pusat-pusat perbelanjaan.
Belum termasuk serangan rayap pada bangunan-bangunan rumah tinggal seperti di komplek perumahaan Kedutaan Australia, komplek perumahan di Kelapa Gading, Pondok Indah, Bintaro, Cibubur, dan lain-lain. Padahal beberapa diantaranya
baru dibangun tidak kurang dari lima tahun yang lalu.
Menghadapi Serangan Rayap dengan Sebelah Mata Dari uraian sekilas tentang rayap dari serangan rayap serta dampaknya, ternyata masyarakat Indonesia masih belum peduli dan memandang sebelah mata terhadap serangan rayap. Hal tersebut dimungkinkan oleh beberapa hal :
1. Kurang mengenal serangga rayap
Tidak terbayangkan sedikitpun sebelumnya bahwa rayap tanah tidak lagi bersarang
ditanah, tetapi rayap dapat merayap keatas gedung bertingkat tinggi melalui nat
marmer yang terpasang pada dinding gedung bertingkat tinggi tersebut dan merayap diantara lem perekat yang menghubungkan antar kaca luar bangunan
(out door) pada dinding bangunan tersebut.
Meskipun kelompok rayap penyerang bangunan merupakan golongan rayap tanah
(rayap captotermes) namun sanggup menjangkau sasaran bangunan yang jauh
dari sarangnya, karena rayap dalam mengembangkan hidupnya sebagai organisme
pemakan selulosa, yang terdapat pada sebagian bahan bangunan yang beraneka
ragam bahan organik khususnya kayu.
2. Potensi bahaya serangga rayap
Dalam tabloid Pest Control edisi 01 Agustus 2006 tentang kesehatan dan lingkungan hidup Yudi Rismayadi menyatakan “Rayap merupakan organisme yang mampu tetap bertahan pada perubahan tipe ekosistem alami menjadi ekosistem
pertanian, perkebunan (agroekosistem)
Karakteristik Rayap
Rayap perusak kayu terdiri dari rayap tanah dan rayap kayu kering. Didunia ini
ada 2500 spesies rayap dan di Indonesia saja sebanyak 200 spesies rayap. Dari 200
spesies rayap tersebut didominasi oleh rayap tanah. Yang menimbulkan kerusakan
ekonomi paling besar adalah rayap dari jenis captotermes spp.
Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa rayap jenis captotermes formosanus
shisaki (yang berasal dari Jepang) disekitar akhir tahun 1945 beremigrasi ke Amerika Serikat, dan pada saat itu telah meliputi : Texas, California, Lousiana, Missisipi, Alabama, Florida, Georgia, South Carolina, North Carolina, Tennessee dan Hawaii.
Rayap ini sebagai “rayap super” karena koloni rayap ini terdiri dari 10 juta individu yang mampu beradaptasi dan menimbulkan kerusakan yang tinggi pada bangunan gedung, sementara koloni rayap asli Amerika hanya terdiri dari 300 individu. (Tabloid Pest Control: 2006).
Di Indonesia juga terdapat spesies coptotermes, terbanyak di Jakarta dan
sekitarnya (Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang).
Silakan Klik tombol chat Wa untuk informasi treatment Pengendalian rayap
Rayap merupakan organisme yang mampu tetap bertahan pada perubahan
ekosistem alami menjadi ekositem-ekosistem pertanian, perkebunan dan agroekosistem, bahkan pada ekosistem yang sepenuhnya dikendalikan oleh manusia (urban ekosistem).
Pada lingkungan urban inilah rayap menjadi masalah yang mengganggu keandalan
bangunan gedung. Tidak ada bagian dari lingkungan urban di Indonesia yang steril dari serangan rayap.
Pengelolaan ekosistem urban secara menyeluruh yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh pada habitatnya sangat mengurangi, kalaupun tidak meniadakan sama sekali, faktor-faktor yang memicu pertumbuhan populasi hama, serta sekaligus menciptakan kondisi yang menghambat kehidupan hama.
Disinilah perlunya kesadaran serta keterlibatan bersama semua pihak terkait, mulai dari perencana lingkungan permukiman sampai para pemukimnya sendiri. Dengan mengelola lingkungan secara sehat dan rapi, sebenarnya kita sudah menerapkan IPM (Integrated Pest Management) dengan baik sebagai tindakan preventif berjangka panjang
Mendidik Pasar “Kerugian Akibat Serangan Rayap”
Segmen pasar pengguna jasa anti rayap, sangat luas. Meliputi mereka, dan
siapapun juga yang memiliki bangunan. Namun ternyata hingga saat ini masih
memandang sebelah mata tentang perawatan bangunan, meliputi pencegahan serangan dari rayap.
Dari data kerugian akibat serangan rayap, dapat diartikan bahwa :
1. Banyak perorangan/lembaga yang belum mengenal betul tentang manfaat
perlindungan terhadap rayap
2. Banyak pemilik/pengelola gedung yang tidak menyadari bahaya serangan rayap.
3. Pada saat awal pembangunan, pemilik tidak menganggarkan biaya untuk
perlindungan serangan rayap.
4. Pemilik properti didalam penghitungan Owner Estimate (OE) suatu proyek bangunan tidak menghitung tentang biaya termite control secara benar
5. Pemilik bangunan baru mengeluarkan biaya termite control setelah rumah dan bangunan terserang rayap.
6. Masih sangat jarang informasi tentang termite control kepada masyarakat/
konsumen.
7. Kepedulian memperpanjang usia pakai nilai bangunan masih rendah.
8. Kontraktor/pemilik properti belum banyak mengenal UU Bangunan No. 28/2002 tentang perlakuan terhadap serangan rayap.
9. Pemerintah/Regulator sangat lambat tentang penyusunan Perda/Peraturan Gubernur tentang implementasi UU no. 28/2002.
10. Pekerjaan termite control masih merupakan sub kontraktor belum menjadi
kontraktor.
11. Penyediaan dana untuk termite control, relatif sangat kecil dibandingkan dengan total nilai suatu proyek
.
12. Konsumen tidak menyadari bahwa serangan rayap datang setiap waktu/setiap saat.
13. Daya beli masyarakat menengah – bawah belum mengalokasikan dananya untuk pekerjaan sekunder.
14. Belum seluruh pemilik properti/kontraktor mengalokasikan dana untuk termite
control, dan konsumennya pun tidak melakukan komplain.
Dari beberapa kondisi diatas, peran komunitas Pest Control,meliputi Perguruan
Tinggi, Asosiasi Pest Control (IPPHAMI), Agen, Distributor, Fomulator dan Pest Control Operator sangat penting untuk melakukan strategi mendidik pasar, dengan tujuan agar konsumen peduli terhadap apa dan bagaimana rayap serta bahaya serangan rayap. Dengan konsumen peduli, berarti peluang terbuka dan berujung pada bisnis yang prospektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar